Jakarta (ANTARA) – Di era digital yang serba cepat, informasi lowongan kerja mudah sekali diakses. Namun, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap maraknya penipuan lowongan kerja palsu.
Modus penipuan ini kian canggih, sering kali memanfaatkan nama perusahaan besar atau institusi resmi untuk menjebak pencari kerja.
Kemnaker mengingatkan masyarakat agar lebih waspada dan cermat dalam mencari informasi lowongan kerja, terutama yang tersebar melalui berbagai platform digital. Langkah ini dianggap penting untuk menghindari jebakan penipuan dalam proses mencari pekerjaan.
Kepala Biro Humas Kemnaker, Sunardi Manampiar Sinaga, menjelaskan bahwa meningkatnya penggunaan platform digital untuk mencari dan menawarkan pekerjaan telah dimanfaatkan oleh sejumlah oknum tidak bertanggung jawab sebagai celah untuk menjalankan aksi penipuan
“Kami meminta masyarakat untuk melakukan pengecekan ulang terhadap informasi lowongan pekerjaan, baik dengan memverifikasi melalui website resmi perusahaan, media sosial resmi, maupun menghubungi langsung perusahaan terkait,” katanya dalam keterangan tertulis dari kemnaker.go.id, Minggu (12/1).
Tidak sedikit korban yang dirugikan, baik secara finansial maupun emosional, karena kurangnya kehati-hatian dalam memverifikasi informasi loker. Oleh karena itu, agar tidak menjadi korban, penting untuk mengenali ciri-ciri lowongan kerja palsu dan mengambil langkah-langkah preventif.
Lantas apa saja ciri-ciri umum lowongan kerja palsu menurut imbauan Kemnaker? Simak penjelasan berikut ini, untuk melindungi diri dan keluarga dari jerat penipuan berkedok peluang kerja.
Ciri-ciri penipuan lowongan kerja palsu
1. Bahasa penulisan tidak rapi
Informasi lowongan kerja sering kali ditulis dengan buruk, penuh kesalahan ketik, dan menggunakan bahasa yang tidak formal.
2. Meminta sejumlah uang
Calon pelamar biasanya diminta untuk membayar sejumlah uang dengan alasan yang tidak masuk akal, seperti biaya pelatihan, transportasi, atau administrasi.
3. Menawarkan gaji yang tidak masuk akal
Gaji yang dijanjikan sering kali terlalu tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan atau posisi yang ditawarkan.
4. Meminta data pribadi
Pelamar akan diminta memberikan informasi pribadi, seperti nomor KTP, kartu keluarga, NPWP, atau dokumen lain yang bersifat sensitif.
5. Alamat email tidak profesional
Alamat email yang digunakan oleh pihak rekrutmen terlihat asal-asalan, seperti yang menggunakan domain umum (contoh: @gmail.com). Bahkan terkadang menyerupai nama perusahaan besar untuk menipu pelamar.
6. Proses rekrutmen tidak jelas
Tahapan perekrutan dilakukan dengan cara yang tidak transparan, seperti wawancara instan melalui aplikasi pesan tanpa adanya konfirmasi resmi.
Baca juga: Kemnaker hadirkan bursa kerja sebagai solusi kurangi pengangguran
Baca juga: Wamen P2MI: waspadai modus penipuan loker lewat medsos
Baca juga: Simak rekrutmen OJK terbaru, tersedia lowongan untuk D3 hingga S3
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025