Jakarta (ANTARA) – Guru bahasa Inggris kelas 6 di SD Negeri Sendangmulyo 04, Semarang, Jawa Tengah, Marheni Widya Retna menggunakan teknologi kecerdasan artifisial atau AI untuk meningkatkan kemampuan literasi dan keterampilan membaca siswa.
“AI menganalisis hasil rekaman video atau audio pada saat murid membaca sebuah teks, lalu memberikan data tentang performa membaca murid, sehingga membantu meningkatkan keterampilan membaca secara efisien,” kata Marheni dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Marheni menjadi salah satu guru yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan AI oleh Microsoft Indonesia melalui Balai Pengembangan Teknologi dan Komunikasi (BPTIK) Jawa Tengah, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di tahap pertama.
“Melalui inisiatif ini, saya berharap para siswa lebih termotivasi dalam meningkatkan budaya literasi dan kemampuan berbahasa Inggris mereka. Hal ini akan membantu mereka menyiapkan diri ke jenjang pendidikan berikutnya, sekaligus membuka wawasan terhadap literatur dalam Bahasa Inggris yang lebih luas,” ujar dia.
Marheni memanfaatkan fitur progres membaca atau reading progress pada Microsoft Teams untuk meningkatkan minat literasi dan keterampilan membaca siswa terhadap teks berbahasa Inggris.
Reading progress pada Microsoft Teams tersebut didukung teknologi AI untuk membantu guru menilai perkembangan kemampuan membaca murid secara lebih akurat.
“Selain membantu siswa, fitur reading progress juga memberikan transparansi lebih bagi orang tua dalam menilai kemajuan akademis anak mereka. Orang tua senang melihat hasil pembelajaran yang saya bagikan melalui Microsoft Teams, dan banyak dari mereka mulai tertarik dengan teknologi ini,” ucapnya.
Sementara itu, tiga guru visioner bernama Fafan Adisumboro, Suci Romadani, dan Sigit Hadi W asal Probolinggo, Jawa Timur, mengambil langkah inovatif dalam mengajarkan keterampilan berpikir kritis kepada murid melalui penerapan AI melalui konsep “AI MISS YOU” (Artificial Intelligence untuk Meningkatkan Bernalar Kritis Siswa Yang Original dan Unik).
Para guru tersebut mengajarkan siswa bukan hanya untuk menerima informasi, melainkan juga untuk menciptakan, berinovasi, dan memecahkan masalah.
Dari konsep tersebut, para murid diperkenalkan dengan metode pembelajaran “TEBALKAN” (Temukan, Bayangkan, Lakukan, dan Bagikan), di mana murid diajak menggunakan teknologi AI seperti Microsoft Copilot dan Designer, untuk mengeksplorasi topik pembelajaran tertentu, membayangkan ide secara kreatif, mengimplementasikan ide secara praktis, dan membagikan hasil karya mereka.
“Kami terinspirasi dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara yang menekankan bahwa setiap anak bukanlah ‘kertas kosong’ yang hanya menerima informasi, melainkan insan kreatif yang perlu diberdayakan. Dalam semangat ini, metode TEBALKAN mendorong siswa untuk aktif dan kritis,” ujar Sigit.
Selama beberapa bulan terakhir, guru-guru visioner tersebut mempraktikkan langsung metode TEBALKAN pada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), suatu pembelajaran multidisipliner untuk membangun karakter murid yang inovatif dan adaptif terhadap lingkungan sekitar mereka.
Education Lead Microsoft Indonesia Arief Suseno mengemukakan bahwa AI memiliki potensi besar dalam dunia pendidikan untuk membantu guru merancang rencana pelajaran dan menyederhanakan proses administratif.
“AI memiliki potensi besar dalam dunia pendidikan, misalnya untuk mempersonalisasi materi dan proses pembelajaran, membantu guru merancang rencana pelajaran, menyederhanakan proses administratif, serta menyediakan wawasan berbasis data tentang kinerja murid dan tren pendaftaran. Kami mengintegrasikan pengalaman AI ke dalam alur kerja mereka untuk benar-benar meringankan beban kerja,” ujar Arief.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2024